Bagi seorang musisi,
kata Manggung adalah kata yang paling disukai. Semua latihan, semua
waktu yang terbuang, semua uang yang kita habiskan, adalah untuk satu kata ini:
Manggung. Panggung adalah tempat kita berekspresi dan menampilkan karya
kita. Dan bagi sebagian besar orang, manggung juga menyenangkan karena kita
dibayar. Mungkin dengan uang, mungkin dengan tepuk tangan, mungkin dengan
tatapan kagum penonton. Intinya, manggung itu super cool.
Tapi sayangnya, sering
kali “manggung” kita kurang memuaskan. Entah saat main jelek, entah saat band
kita kurang kompak, entah hati lagi ada masalah, entah soundnya gak enak.
Banyak faktor yang bikin manggung kita kurang memuaskan. Dan kali ini, saya
pengen bahas faktor yang terakhir itu: saat sound kita gak enak.
Yang saya maksud
dengan 'sound' adalah tone gitar kita. Bukan sound system secara keseluruhan
karena itu akan butuh ratusan lembar halaman buku untuk membahasnya. Saya hanya
akan membahas 'hal-hal kecil' yang berhubungan dengan sound gitar kita.
Sering banget kan kita
alamin, saat kita udah menghabiskan uang banyak untuk beli gitar, beli efek,
beli kabel, beli ampli, dan lain-lain tapi sound kita di panggung masih kerasa
gak enak aja. Itu menyangkut banyak sekali faktor. Faktor yang bisa kita atasi,
dan faktor yang gak bisa kita atasi, karena diluar kemampuan kita.
Di sini saya hanya
akan membahas faktor-faktor yang bisa kita tangani. Saya anggap teman-teman
udah gak punya masalah sama gitar, kabel dan efek. Nah sekarang mari kita lihat
faktor-faktornya ya.
1. TANGAN
Cz Your tone is in
your fingertips. Sound live itu “mengalir” melalu beberapa aspek sebelum sampai ke kuping
pendengar. Pertama adalah dari Tangan kita. Bagiamana cara kita bermain,
bagimana cara kita picking, bagaimana cara jari-jari kita menekan senar, itulah
sound asli dari seorang gitaris. Dari tangan, lalu ke gitar, dari gitar ke
pedalboard [efek], lalu ke ampli, lalu ke todongan mic atau DI box, ke mixer,
EQ dan compressor, speaker FOH, lalu yang terakhir adalah akustik ruangan.
Adagium yang berlaku
bagi gitaris, “your tone is in your fingertips”, atau “Tone berada di
jari-jarimu” sangat berlaku disini. Itulah sebabnya gitaris yang udah pro atau
yang udah 'dewasa' mainnya, soundnya kemungkinan besar jauh lebih baik
ketimbang yang amatiran. Bukan karena peralatannya, tetapi karena tangannya.
Kamu bisa kasih alat jelek ke gitaris pro, dan hasil tone nya tetep aja enak.
Dan kamu bisa ngasih peralatan mahal kepada gitaris amatiran, tapi soundnya
bakalan tetep hancur.
Oleh karena itu
berltihlah untuk mendapatkan tone dari tanganmu dulu. Latihlah picking dan
vibrato dengan baik. Karena teknik-teknik inilah yang paling penting dalam
pengembangan tonemu. Gitaris yang pickingnya bagus, pasti tonenya lebih bersih
dari yang pickingnya jelek. Gitaris yang vibratonya bagus, pasti sustainnya
lebih bagus daripada yang vibratonya jelek. Jika ini kamu kuasai dengan baik,
maka “pewarnaan” tonemu akan benar-benar diawali oleh jari-jari kamu.
Satu yang tak lupa
saya bahas, adalah Tone gitar itu kadang enak di kuping, tapi gak enak di
tangan. Atau sebaliknya, enak di tangan tapi gak enak di kuping. Maksudnya,
kadang tone yang kita mainin itu kerasa sangar soundnya, tapi menyulitkan
penjarian seperti picking dan legato. Dan ada juga yang setelan tone nya enak
banget buat picking dan legato, tapi kurang enak terdengar di kuping. Untuk
hal, saya pribadi memilih sound yang enak di kuping dulu. Saya kemudian melatih
jari-jari saya agar terbiasa dengan sound dan tone seperti itu. Gak ada cara
lain emang. Kadang kita harus 'bertarung' dengan instrumen kita sendiri. Tapi
hasil yang didapatkan memang sebanding.
2. Gitar
Pastikan gitar yang kamu pake untuk manggung dalam kondisi sehat wal afiat.
Heheehe. Maksudnya tidak ada eror pada gitar kita, kelistrikan ataupun
senar-senarnya. Perlu diketahui faktor yang dominant yang membentuk suara gitar
mu adalah Pick Up nya. Jika kamu merasa PU gitar mu kurang bagus, kamu bisa
membuat anggaran untuk mengganti dengan PU yang baru yang merk nya sudah terkenal
dan diakui oleh gitaris-gitaris kenamaan
3. AMPLI
Ampli ini jarang kita kasih perhatian,
padahal ampli ini sumber utamanya tone kita selain gitar. Gitaris-gitaris
profesional 'menyandarkan' kualitas soundnya pada ampli. Bahkan suara
distorsinya pun mereka ambil dari ampli ini. Dan itulah cara 'yang paling
benar' untuk mendapatkan sound bagus. Karena amli punya kadar tone yang natural
dan terdengar tebal dalam mix. Semua pedal-pedal distorsi diciptakan sebenranya
untuk meniru kualitas ampli, dan berguna untukn menambah kinerja ampli. BUKAN
UNTUK MENGGANTIKAN AMPLI. Itu adalah hal utama yang harus diingat. Saya banyak
sekali melihat gitaris yang soundnya dahsyat dan tebal, yang bisa
ngalah-ngalahin gitaris yang peralatannya seabreg-abreg. Justru, sound terdahsyat
lahir dari kombinasi gitar dan ampli ini.
4. FREKUENSI
Dalam mixing instrumen diatas panggung,
pembagian frekuensi adalah sebagai berikut:
Drums: Drum punya frekuensi yang lebar dan
powerful di bagian low dan sampai mid
Cymbal: dari mid high sampai high
Bass: seperti namanya, frekuensinya di Low,
sampai mid
Keyboard: Jika band mu ada
pemain kibord, maka dia bisa mengisi seluruh spektrum frekuensi dari high
sampai low.
Nah kalo sudah ramai kayak gitu,
kira-kira gitar berada dimana? Frekuensi natural elektrik gitar ada di posisi
Midrange. Coba teman-teman bayangin mixing itu seperti meletakkan banyak orang
dalam ruangan. Kita harus pintar menempatkan orang agar ruangan kecil itu mampu
memuat semua orang. Begitulah dalam mixing, kita harus pintar mengatur
frekuensi agar seluruh instrumen mendapat tempat yang pas. Kalo tidak, maka
instrumen satu akan mengalahkan yang lain. Dan yang paling sering menjadi
korbannya adalah gitar.
Kenapa gitar? Kesalahan awal bermula
dari si gitaris sendiri. Kesalahan yang paling sering saya temukan adalah
banyak gitaris Metal yang melakukan setting scoop di
equalizernya. Setting scoop ini adalah mem-boost frekuensi
High dan Low, lalu menutup frekuensi Mid. Hasilnya, suaranya memang lebih
agresif dan metal banget. Tapi sound itu sebenarnya dahsyat dan enak saat gitar
dibunyikan sendiri. Tapi begitu seluruh instrumen bunyi bersama-sama, maka
hampir pasti sound gitar itu gak bakalan kedengaran.
Mengapa bisa begitu? Karena
setelan scoop membuat kita menghilangkan frekuensi asli gitar.
Begitu kita boost high dan low, maka frekuensi yang kita boost itu akan
bertabrakan dengan frekuensi dari alat lain seperti drum, dan keyboard. Yang
lebih parah, karena kita merasa suara gitar kita gak kedengaran, kita menambah
lagi volume ampli. Hasilnya malah tambah gak karu-karuan, karena frekuensi asli
gitar kita tetap gak terdeteksi karena frekuensi Mid udah kita tutup, malah
membuat semakin bising dan gak jelas. Pernah kan ngerasain, ketika gitar kamu
dibunyiin sendirian terasa volumenya besar banget, tapi begitu bandnya ikutan
main gitarmu tiba-tiba hilang?
Penyebabnya adalah setingan scoop itu.
Kadang-kadang settingan scoop ini disebut juga “Smiley Face”, karena bentuknya
seperti orang tersenyum dalam grafis equalizer. Settingan scoop ini sebenarnya
gak salah, kalo sound engineer pinter ngatur frekuensi instrumen lainnya. Tapi
jarang banget ada engineer yang sehebat ini. Album Metallica yang “And Justice
For All” aja harus mengorbankan instrumen Bass. Kalo kamu dengar album itu,
instrumen Bass hampir gak kedengaran sama sekali karena engineer lebih memilih
mengutamakan sound gitar yang scoop, Karena jika Bass nya dibikin
lebih “kedengaran” maka sudah pasti sound gitar yang scoop itu
gak bakalan jelas terdengar.
Saran saya dalam mengatur kenop-kenop
frekuensi di ampli, adalah meletakkan semua di arah jam 12 dulu, alias Flat.
Dengarkan bagaimana soundnya. Kurang dan lebihnya bisa diatur dari situ. Jangan
terlalu ekstrim juga dalam mengatur perubahannya.Dikit-dikit aja.
5. DISTORSI
Salah satu tanda gitaris kurang
berpengalaman adalah bahwa ia mengira semakin banyak gain dan distorsi maka
soundnya akan semakin sangar. Padahal sebaliknya, semakin banyak gain dan
distorsi akan menambah resiko tone menjadi gak jelas dan terlalu ter-compress.
Ini terjadi karena distorsi mengaburkan
definisi not dan nada. Sebuah tone akan kedengaran enak, jika semua not-notnya
jelas. Itulah kunci dari tone yang bagus. Seluruh nada dalam kord terdengar
dengan jelas. Kadang kita sedikit “curang” dengan menggunakan gain yang besar
untuk menutupi permainan kita sendiri. Kita berharap dengan banyaknya distorsi,
maka kesalahan-kesalahan akan tertutupi. Padahal kalau emang tangan kita kurang
terlatih, maka banyaknya distorsi akan semakin membuat permainan kita terdengar
kotor.
Oleh karena itu, berlatihlah dengan
menggunakan gain yang tidak terlalu besar. Gitaris band metal Lamb of God, Mark
Morton, bilang bahwa di album terakhir mereka, mereka menurunkan kadar
gainnya dan merasa bahwa soundnya menjadi lebih heavy dan sangar. Jadi adagium
“Less Is More” itu sangat patut dipakai dalam 'kasus' ini. Jika kamu giat
berlatih dengan cara ini, maka tone dan 'gain' akan lahir dari tanganmu. Bukan
dari distorsi.
Semoga bermanfaat. Salam AMC !!!
Taken From Some Sources
Tidak ada komentar:
Posting Komentar