Sabtu, 30 Juli 2016

Tips Setting Gitar di Panggung





Bagi seorang musisi, kata Manggung adalah kata yang paling disukai. Semua latihan, semua waktu yang terbuang, semua uang yang kita habiskan, adalah untuk satu kata ini: Manggung. Panggung adalah tempat kita berekspresi dan menampilkan karya kita. Dan bagi sebagian besar orang, manggung juga menyenangkan karena kita dibayar. Mungkin dengan uang, mungkin dengan tepuk tangan, mungkin dengan tatapan kagum penonton. Intinya, manggung itu super cool.
Tapi sayangnya, sering kali “manggung” kita kurang memuaskan. Entah saat main jelek, entah saat band kita kurang kompak, entah hati lagi ada masalah, entah soundnya gak enak. Banyak faktor yang bikin manggung kita kurang memuaskan. Dan kali ini, saya pengen bahas faktor yang terakhir itu: saat sound kita gak enak.
Yang saya maksud dengan 'sound' adalah tone gitar kita. Bukan sound system secara keseluruhan karena itu akan butuh ratusan lembar halaman buku untuk membahasnya. Saya hanya akan membahas 'hal-hal kecil' yang berhubungan dengan sound gitar kita.
Sering banget kan kita alamin, saat kita udah menghabiskan uang banyak untuk beli gitar, beli efek, beli kabel, beli ampli, dan lain-lain tapi sound kita di panggung masih kerasa gak enak aja. Itu menyangkut banyak sekali faktor. Faktor yang bisa kita atasi, dan faktor yang gak bisa kita atasi, karena diluar kemampuan kita.

Di sini saya hanya akan membahas faktor-faktor yang bisa kita tangani. Saya anggap teman-teman udah gak punya masalah sama gitar, kabel dan efek. Nah sekarang mari kita lihat faktor-faktornya ya.

1.      TANGAN

Cz Your tone is in your fingertips. Sound live itu “mengalir” melalu beberapa aspek sebelum sampai ke kuping pendengar. Pertama adalah dari Tangan kita. Bagiamana cara kita bermain, bagimana cara kita picking, bagaimana cara jari-jari kita menekan senar, itulah sound asli dari seorang gitaris. Dari tangan, lalu ke gitar, dari gitar ke pedalboard [efek], lalu ke ampli, lalu ke todongan mic atau DI box, ke mixer, EQ dan compressor, speaker FOH, lalu yang terakhir adalah akustik ruangan.

Adagium yang berlaku bagi gitaris, “your tone is in your fingertips”, atau “Tone berada di jari-jarimu” sangat berlaku disini. Itulah sebabnya gitaris yang udah pro atau yang udah 'dewasa' mainnya, soundnya kemungkinan besar jauh lebih baik ketimbang yang amatiran. Bukan karena peralatannya, tetapi karena tangannya. Kamu bisa kasih alat jelek ke gitaris pro, dan hasil tone nya tetep aja enak. Dan kamu bisa ngasih peralatan mahal kepada gitaris amatiran, tapi soundnya bakalan tetep hancur.

Oleh karena itu berltihlah untuk mendapatkan tone dari tanganmu dulu. Latihlah picking dan vibrato dengan baik. Karena teknik-teknik inilah yang paling penting dalam pengembangan tonemu. Gitaris yang pickingnya bagus, pasti tonenya lebih bersih dari yang pickingnya jelek. Gitaris yang vibratonya bagus, pasti sustainnya lebih bagus daripada yang vibratonya jelek. Jika ini kamu kuasai dengan baik, maka “pewarnaan” tonemu akan benar-benar diawali oleh jari-jari kamu.

Satu yang tak lupa saya bahas, adalah Tone gitar itu kadang enak di kuping, tapi gak enak di tangan. Atau sebaliknya, enak di tangan tapi gak enak di kuping. Maksudnya, kadang tone yang kita mainin itu kerasa sangar soundnya, tapi menyulitkan penjarian seperti picking dan legato. Dan ada juga yang setelan tone nya enak banget buat picking dan legato, tapi kurang enak terdengar di kuping. Untuk hal, saya pribadi memilih sound yang enak di kuping dulu. Saya kemudian melatih jari-jari saya agar terbiasa dengan sound dan tone seperti itu. Gak ada cara lain emang. Kadang kita harus 'bertarung' dengan instrumen kita sendiri. Tapi hasil yang didapatkan memang sebanding.



2.      Gitar
Pastikan gitar yang kamu pake untuk manggung dalam kondisi sehat wal afiat. Heheehe. Maksudnya tidak ada eror pada gitar kita, kelistrikan ataupun senar-senarnya. Perlu diketahui faktor yang dominant yang membentuk suara gitar mu adalah Pick Up nya. Jika kamu merasa PU gitar mu kurang bagus, kamu bisa membuat anggaran untuk mengganti dengan PU yang baru yang merk nya sudah terkenal dan diakui oleh gitaris-gitaris kenamaan
3.      AMPLI
Ampli ini jarang kita kasih perhatian, padahal ampli ini sumber utamanya tone kita selain gitar. Gitaris-gitaris profesional 'menyandarkan' kualitas soundnya pada ampli. Bahkan suara distorsinya pun mereka ambil dari ampli ini. Dan itulah cara 'yang paling benar' untuk mendapatkan sound bagus. Karena amli punya kadar tone yang natural dan terdengar tebal dalam mix. Semua pedal-pedal distorsi diciptakan sebenranya untuk meniru kualitas ampli, dan berguna untukn menambah kinerja ampli. BUKAN UNTUK MENGGANTIKAN AMPLI. Itu adalah hal utama yang harus diingat. Saya banyak sekali melihat gitaris yang soundnya dahsyat dan tebal, yang bisa ngalah-ngalahin gitaris yang peralatannya seabreg-abreg. Justru, sound terdahsyat lahir dari kombinasi gitar dan ampli ini.

4.      FREKUENSI
Dalam mixing instrumen diatas panggung, pembagian frekuensi adalah sebagai berikut:

Drums: Drum punya frekuensi yang lebar dan powerful di bagian  low dan sampai mid
Cymbal: dari mid high sampai high
Bass: seperti namanya, frekuensinya di Low, sampai mid
Keyboard: Jika band mu ada pemain kibord, maka dia bisa mengisi seluruh spektrum frekuensi dari high sampai low.

Nah kalo sudah ramai kayak gitu, kira-kira gitar berada dimana? Frekuensi natural elektrik gitar ada di posisi Midrange. Coba teman-teman bayangin mixing itu seperti meletakkan banyak orang dalam ruangan. Kita harus pintar menempatkan orang agar ruangan kecil itu mampu memuat semua orang. Begitulah dalam mixing, kita harus pintar mengatur frekuensi agar seluruh instrumen mendapat tempat yang pas. Kalo tidak, maka instrumen satu akan mengalahkan yang lain. Dan yang paling sering menjadi korbannya adalah gitar.

Kenapa gitar? Kesalahan awal bermula dari si gitaris sendiri. Kesalahan yang paling sering saya temukan adalah banyak gitaris Metal yang melakukan setting scoop di equalizernya. Setting scoop ini adalah mem-boost frekuensi High dan Low, lalu menutup frekuensi Mid. Hasilnya, suaranya memang lebih agresif dan metal banget. Tapi sound itu sebenarnya dahsyat dan enak saat gitar dibunyikan sendiri. Tapi begitu seluruh instrumen bunyi bersama-sama, maka hampir pasti sound gitar itu gak bakalan kedengaran.

Mengapa bisa begitu? Karena setelan scoop membuat kita menghilangkan frekuensi asli gitar. Begitu kita boost high dan low, maka frekuensi yang kita boost itu akan bertabrakan dengan frekuensi dari alat lain seperti drum, dan keyboard. Yang lebih parah, karena kita merasa suara gitar kita gak kedengaran, kita menambah lagi volume ampli. Hasilnya malah tambah gak karu-karuan, karena frekuensi asli gitar kita tetap gak terdeteksi karena frekuensi Mid udah kita tutup, malah membuat semakin bising dan gak jelas. Pernah kan ngerasain, ketika gitar kamu dibunyiin sendirian terasa volumenya besar banget, tapi begitu bandnya ikutan main gitarmu tiba-tiba hilang?

Penyebabnya adalah setingan scoop itu. Kadang-kadang settingan scoop ini disebut juga “Smiley Face”, karena bentuknya seperti orang tersenyum dalam grafis equalizer. Settingan scoop ini sebenarnya gak salah, kalo sound engineer pinter ngatur frekuensi instrumen lainnya. Tapi jarang banget ada engineer yang sehebat ini. Album Metallica yang “And Justice For All” aja harus mengorbankan instrumen Bass. Kalo kamu dengar album itu, instrumen Bass hampir gak kedengaran sama sekali karena engineer lebih memilih mengutamakan sound gitar yang scoop, Karena jika Bass nya dibikin lebih “kedengaran” maka sudah pasti sound gitar yang scoop itu gak bakalan jelas terdengar.

Saran saya dalam mengatur kenop-kenop  frekuensi di ampli, adalah meletakkan semua di arah jam 12 dulu, alias Flat. Dengarkan bagaimana soundnya. Kurang dan lebihnya bisa diatur dari situ. Jangan terlalu ekstrim juga dalam mengatur perubahannya.Dikit-dikit aja.


5.      DISTORSI

Salah satu tanda gitaris kurang berpengalaman adalah bahwa ia mengira semakin banyak gain dan distorsi maka soundnya akan semakin sangar. Padahal sebaliknya, semakin banyak gain dan distorsi akan menambah resiko tone menjadi gak jelas dan terlalu ter-compress.

Ini terjadi karena distorsi mengaburkan definisi not dan nada. Sebuah tone akan kedengaran enak, jika semua not-notnya jelas. Itulah kunci dari tone yang bagus. Seluruh nada dalam kord terdengar dengan jelas. Kadang kita sedikit “curang” dengan menggunakan gain yang besar untuk menutupi permainan kita sendiri. Kita berharap dengan banyaknya distorsi, maka kesalahan-kesalahan akan tertutupi. Padahal kalau emang tangan kita kurang terlatih, maka banyaknya distorsi akan semakin membuat permainan kita terdengar kotor.

Oleh karena itu, berlatihlah dengan menggunakan gain yang tidak terlalu besar. Gitaris band metal Lamb of God, Mark Morton,  bilang bahwa di album terakhir mereka, mereka menurunkan kadar gainnya dan merasa bahwa soundnya menjadi lebih heavy dan sangar. Jadi adagium “Less Is More” itu sangat patut dipakai dalam 'kasus' ini. Jika kamu giat berlatih dengan cara ini, maka tone dan 'gain' akan lahir dari tanganmu. Bukan dari distorsi.


Semoga bermanfaat. Salam AMC !!!

Taken From Some Sources

Tidak ada komentar:

Posting Komentar